Di sebuah negara antah berantah, terdapat percakapan antara seorang rakyat jelata yang ingin sekali menjadi anggota DPR dengan Presiden negara itu.
Rakyat : "Pak Presiden, aku mau daftar jadi anggota DPR. Bisa ngga Pak ?"
Presiden : "Iyyah bisa, tapi mungkin harus menunggu beberapa tahun kemudian."
Rakyat : "Loh, mengapa tak sekarang saja pak ?"
Presiden : "Yah, karena untuk sekarang kursi di DPR sudah penuh dan sudah ada yang menempati"
Rakyat : "Tapi kemarin saya liat di TV masih banyak tuh kursi kosong di DPR waktu rapat, apa itu memang sudah ada yang menempatinya atau bagaimana pak?
Mendengar pertanyaan seperti itu, sang Presiden pun terdiam dan tercengang tak mampu bicara lagi.
Mungkin begitulah sepenggal kisah yang bisa mewakili kondisi yang terjadi pada Dewan Perwakilan Rakyat kita sekarang ini. Dewan yang katanya menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai aturan mainnya. Namun ketika kesejahteraan rakyat yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah rapat, sebagian besar dari mereka malah tertidur bahkan tak menghadiri rapat tersebut.
Sungguh ironis memang, ketika amanah dan kepercayaan rakyat sepenuhnya kini berada pada pundak mereka, mereka malah menyalah gunakannya. Satu pertanyaan yang muncul dibenakku “Sampai kapan harus seperti ini ?’
#Tak Bermaksud Menyinggung