Entah mengapa pagi ini suasana begitu gembira. Suasana hati ceria seiring dengan merdunya kicau burung. Wajahku berseri bak embun segar yang menetes melalui jemari daun. Sungguh pagi yang menyenangkan.
Ku buka mata dengan senyum semangat melakukan setiap aktivitas hari.
Kring
... Kring ...
Terdengar dering Handphone pertanda sebuah SMS telah
masuk.
“Mungkin itu SMS dari
si dia” Pikirku sedikit sumringah.
Dengan sigap ku raih HP ku untuk segera membaca berita gembira apa yang harus menyapaku pagi ini. Benar saja, itu SMS dari dia. Dia adalah pacarku yang baru.
Namanya Yulhi, gadis manis berparas nan cantik. Kami ‘jadian’ tepat jam 12 malam kemarin. Jujur saja, aku seperti bermimpi telah mendapatkan Yulhi, pasalnya dia merupakan rebutan dan idaman laki-laki. Dan hari ini adalah hari pertama aku akan memanggilnya dengan sapaan “sayang”, mungkin begitu juga sebaliknya dengan dia.
Aku telah menerka-nerka apa isi SMS dari kekasih baruku ini. Mungkin ucapan “Selamat pagi sayang”, atau “Apa kabar sayang, sudah sudah bangun belum”. Ah, tak perlu dipikirkan, karena apapun yang isi SMS itu, aku cukup membalasnya.
***
“Maaf kak, kita putus saja yah”
Isi pesan Yulhi begitu membuatku kaget. Apa yang sebenarnya terjadi? Padahal kita baru saja jadian.
“Loh, maksudnya dek?” balasku cepat.
“Iya kak, aku mau putus”
“Tapi, kenapa dek? Kita
kan baru jadian?” tanyaku lagi keheranan.
“Maaf kak, kemarin itu
aku tidak sengaja menerima kakak” lanjut Yulhi.
“Maksudnya tidak sengaja
bagaimana?” tanyaku lagi keheranan.
“Sebenarnya aku salah
kirim pesan kak. Pas kemarin kakak nembak aku itu, Yulhi juga lagi
SMS-an dengan teman kelas Yulhi, Adhel. Seharusnya pesan yang berisi tulisan ‘Iya, aku juga’ itu untuk teman saya kak”
SMS-an dengan teman kelas Yulhi, Adhel. Seharusnya pesan yang berisi tulisan ‘Iya, aku juga’ itu untuk teman saya kak”
Seperti tak percaya bahwa ada kenyataan yang seperti ini. Ketika aku baru saja merasa seperti terlengkapi. Ketika aku merasa seperti telah menyempurna dengan adanya Yulhi bersanding sebagai pacar disampingku. Belum sempat aku membanggakannya di depan semua teman. Belum sempat aku mendengar kata sayang darinya. Namun aku harus kembali segera manyadari bahwa sekarang aku akan jomblo, lagi.
“Oh, seperti itu rupanya” balasku rapuh.
“Iya, maaf yah kak, kemarin itu aku khilaf”
***
Selepas kejadian itu
aku tak pernah lagi berkomunikasi dengan Yulhi. Entah aku yang menjauhinya
karena merasa kecewa atau dia yang menjauhiku karena merasa bersalah.
Peristiwa dengan Yulhi itu membuatku sadar, bahwa ada juga yah manusia yang bisa khilaf disaat keadaan seperti itu. Yah, memang aku sedikit kecewa, tapi setidaknya aku pernah memiliki kisah cinta dengan gadis manis nan cantik bernama Yulhi. Meskipun itu dilalui tanpa sadar dan hanya beberapa jam.
Dan kejadian itu juga
memberiku pelajaran bahwa jangan pernah menyatakan cinta pada seorang gadis di
tengah malam, karena pada jam-jam itulah manusia berpotensi terserang penyakit
yang bernama khilaf. Dan jika itu terjadi, maka tak akan ada yang kau dapatkan
selain rasa malu dan kecewa.