Hidup
ini memang penuh dengan misteri yang harus di pecahkan. Tak pedauli bagaimana
caranya, pasti ada jalan untuk itu. Ini berlaku bagi orang yang gemar
berfilsafat. Seorang filsuf akan selalu mencari makna sesungguhnya dari apa
yang sebenarnya terjadi, termasuk pencarian jati dirinya.
Pencarian
jati diri oleh seorang filsuf ditandai dengan pertanyaan “Who Am I?”.
Pertanyaan itu akan membuat seorang filsuf terus mencari. Seperti filosofi
mereka “Manusia adalah musuh besar bagi apa yang mereka tak ketahui”.
Hal
yang sama itu pun terjadi padaku, pertanyaan itu pun tak luput dari ingatanku.
Pertanyaan yang sedikit membingungkan memang. Disaat kita harus mempertanyakan
pertanyaan yang jawabannya ada pada diri kita sendiri.
Kembali
ke pertanyaan “who am I?”. Pernah seketika aku mempertanyakan hal ini kepada
teman-teman, sanak keluarga dan orang-orang terdekatku. Tapi apa tanggapan
mereka, “Apa kau sudah GILA?”. Sumpah, hanya karena sebuah pertanyaan kecil aku
dianggap gila oleh teman-teman dan keluargaku sendiri. Aneh dan parahnya lagi,
aku masih saja penasaran pada pertanyaanku ini.
Mungkin
aku tak akan menemukan jawaban jika bertanya pada orang sekitarku. Aku harusnya
mencarinya dalam diriku sendiri dengan mengenang kisah yang pernah ku lewati.
Ku kembali mengingat memori-memori yang ada dalam otakku guna menemukan siapa
diriku sebenarnya.
Aku
pernah menolong nenek-nenek menyeberang di jalan raya beberapa waktu silam.
Apakah itu berarti aku ini seseorang yang baik hati? Apakah itulah jati diriku.
Mungkinkah aku seorang yang suka menolong? Entahlah.
Namun,
ku mengingat lagi aku pernah melakukan kejahatan. Saat itu aku memukuli temanku
yang tak punya salah sama sekali. Entah apa yang kupikirkan saat itu, tiba-tiba
saja kepalan tanganku kuarangkan ke pundaknya sehingga merasakan sakit. Sejak
saat itu teman saya tak lagi mau berbicara dengan saya. Apakah memang saya
orang yang kejam? Apakah itulah jati diri saya? Mungkinkah aku seorang yang
jahat yang suka kekerasan? Entahlah.
Tenggelam
dalam anggapanku yang bersosok baik dan jahat. Aku kembali mengenang
keberanaianku saat menyelamatkan teman yang dalam bahaya. Ketika itu ia hampir
saja tenggelam disungai. Awalnya aku hanya mengaggapnya bercanda, tapi melihat
mukanya merah dengan teriakan minta tolong aku langsung melompat turun kesungai
dan meraihnya. Terus, apakah itu jati diriku. Mungkinkah aku seorang yang
pemberani? Entahlah.
Namun,
saat kukenang kembali kisahku yang mengundurkan diri sebagai sekretaris di
sebuah organisasi. Saat itu aku memang mengakui diriku seorang pengecut. Tapi
apakah itu benar aku? Itukah jati diriku yang sesungguhnya? Mungkinkah aku
seorang pengecut? Sekali lagi entahlah.
Disuatu
waktu aku menganggap aku orang yang sangat bersemangat. Namun disisi lain, aku
terkadang ingin menyerah menghadapi segala cobaan hidup ini. Kembali lagi aku
bertanya ‘apakah itu aku?’. Apakah aku seseorang yang bersemangat? Ataukah aku
adalah seseorang yang gampang menyerah dengan keadaan?
Ku
ingat semua kenangan dan kelakuan yang telah menunjukkan sifat yang berbeda-beda.
Aku mulai berfikir, apakah semua sifat itu adalah aku yang sesungguhnya?
Ataukah hanya satu dari sifat itu yang benar-benar menjadi perwujudan dari aku
yang sebenarnya? Sebuah pertanyaan yang masih tak mampu terjawab oleh ku yaitu
“Who Am I?”.
Mungkin
aku akan dapatkan jawaban itu, dilain waktu. Dan aku tahu satu hal, Aku masih
harus tetap mencari. Semangat !!!